Bintang ganesa-red. Tekanan darah merupakan salah satu parameter dalam pemeriksaan kesehatan oleh dokter yang paling lazim pada orang dewasa. Istilah sehari-harinya; rasanya tidak lengkap kalau periksa ke dokter tapi tidak ditensi. Karena itu, wajar jika banyak beredar mitos-mitos seputar tekanan darah di kalangan masyarakat kita. Tidak seluruhnya benar, tapi tidak seluruhnya salah pula. Belum lagi istilah tekanan darah seringkali dibingungkan dengan kurang darah.
Berikut
 ini telah terpilih sepuluh mitos seputar darah (baik tekanan darah 
maupun anemia) yang sering dibicarakan masyarakat dalam kehidupan 
sehari-hari. Bandingkanlah dengan fakta medis yang ada, agar Anda tahu 
memilah-milah mana informasi yang benar dan mana yang tidak. 
- Mitos: Orang bisa menderita tekanan darah tinggi karena kebanyakan marah-marah.
Fakta:
 Marah dapat menaikkan tekanan darah, tetapi tidak benar seseorang 
menderita tekanan darah tinggi hanya semata-mata karena ia sering marah.
 
 
“Tensi saya tidak pernah tinggi. ‘Kan saya tidak pernah marah-marah.”
“Bapak saya sering marah. Pasti tensinya tinggi.”
Dua
 kalimat di atas mungkin sering Anda dengar di kehidupan sehari-hari. 
Anggapan yang sebenarnya tidak terlalu tepat, juga tidak benar-benar 
salah. Hipertensi primer belum diketahui penyebab pastinya; namun diduga
 ada beberapa faktor yang berperan seperti: sistem pembuluh darah dan 
jantung, saraf otonom, faktor ginjal, dan sebagainya.
  
Seseorang
 yang marah mengalami aktivasi sistem saraf otonom simpatis sehingga 
tekanan darah sedikit meningkat dan denyut jantung lebih cepat. Namun 
ini hanyalah salah satu faktor dari beberapa faktor yang tadi telah 
disebutkan. Masih ada faktor lain yang berperan; seperti pola makan yang
 tinggi garam, kebiasaan merokok, obesitas, adakah penyakit penyerta 
(misalnya diabetes), dll. Faktor-faktor tersebut berpengaruh bersama 
(efek resultan) terhadap terjadinya hipertensi primer.
Jadi tidaklah tepat kalau dianggap kebiasaan marah-marah itu dapat menyebabkan hipertensi.
- Mitos: Darah rendah dan kurang darah itu sama.
Fakta: Istilah medis (tekanan) darah rendah adalah hipotensi, sedangkan kurang darah adalah anemia. Ini jelas tidak sama.
Hipotensi
 adalah kondisi tekanan darah yang terlalu rendah bagi seseorang, 
sehingga fungsi pemompaan jantung untuk memenuhi suplai darah ke seluruh
 tubuh menjadi terganggu. Hal ini dapat disebabkan banyak faktor; namun 
prinsipnya kondisi ini disebabkan kurangnya jumlah cairan di dalam 
pembuluh darah relatif terhadap sel-sel darah. Gejalanya bervariasi 
mulai dari pusing, rasa haus berlebihan, mual, sulit berkonsentrasi, 
kulit dingin dan lembab, sampai pingsan. Umumnya gejala timbul dengan 
cepat sehingga penderitanya menyadari perubahan ini.
Sedangkan anemia
 adalah kondisi kurangnya hemoglobin dalam sel darah merah yang akan 
disalurkan ke seluruh tubuh. Hemoglobin merupakan komponen penting yang 
dapat mengikat oksigen untuk suplai semua organ. Prinsipnya kondisi ini 
disebabkan kurangnya jumlah sel di dalam pembuluh darah relatif terhadap
 cairan darah. Gejalanya mirip dengan hipotensi, namun ada sedikit 
perbedaan. Anemia ditandai dengan fisik pasien yang pucat dan seringkali
 tidak menyadari tubuhnya perlahan-lahan menjadi cepat lelah.
Dari uraian tadi sudah jelas bahwa darah rendah dan kurang darah itu tidak sama.
- Mitos: Kalau ada tekanan darah rendah, solusinya adalah makan kambing.
Fakta: Makan kambing menaikkan tekanan darah lewat peningkatan kolesterol.
Tekanan
 darah rendah seringkali ada penyebab dasarnya. Kenali penyebab dasarnya
 dahulu, lalu atasilah. Makan kambing mungkin dapat menaikkan tekanan 
darah, tetapi cara ini kurang tepat karena kambing dapat menaikkan 
kolesterol. Tekanan darah akan naik dengan tingginya kolesterol, namun 
cara ini tidak sehat jika dilakukan terus menerus.
- Mitos: Yang menaikkan tekanan darah itu hanya garam. Jadi saya masih boleh makan apa saja selain garam.
Fakta: Kopi, makanan instant, makanan cepat saji di restoran, dan beberapa makanan lain juga dapat menaikkan tekanan darah.
Kafein
 yang ada di dalam kopi dapat menyebabkan menyempitnya pembuluh darah; 
sehingga dapat berefek langsung pada peningkatan tekanan darah.
Sewaktu memilah-milah makanan instant yang
 akan dikonsumsi, hendaknya penderita hipertensi berhati-hati dan perlu 
mengetahui cara membaca label kemasan makanan. Natrium atau sodium 
menunjukkan jumlah garam yang terkandung dalam makanan.
- Mitos: Tekanan darah normal adalah tepat 120/80. Kalau lebih atau kurang dari itu, artinya tidak begitu bagus.
Fakta: Tekanan darah normal menurut JNC VII justru adalah <120/<80.
Menurut Joint National Committee of High Blood Pressure (JNC
 VII, 2003), justru tekanan darah yang dikategorikan normal itu berada 
di bawah 120 mmHg untuk sistolik dan di bawah 80 mmHg untuk diastolik. 
Berdasarkan pengertian ini, tekanan darah 110/70 mmHg masih baik (belum 
dikatakan rendah).

- Mitos: Semakin rendah tekanan darah itu semakin baik.
Fakta: Tekanan darah yang tidak tinggi itu baik, namun terlalu rendah juga tidak baik.
Memang
 menurut JNC VII tekanan darah di bawah 120/80 itu baik. Tetapi terlalu 
rendah pun tidak baik. Contohnya pada kasus orang yang baru kehilangan 
banyak darah; tensinya terukur hanya 70/50 mmHg. Atau pada anak dengan shock akibat
 demam berdarah dengue, tensinya bahkan tak dapat diukur. Ini tentu 
berbahaya karena fungsi pemompaan darah sudah tidak optimal lagi.
Belum
 ada batasan tekanan darah berapa yang dianggap terlalu rendah. Yang 
jelas patokannya adalah jika orang yang bersangkutan mengeluhkan 
gejala-gejala tekanan darah rendah, dan jika tekanan darahnya kurang 
dari 90/60 mmHg; maka ia dapat dikatakan menderita tekanan darah rendah.
- Mitos: Tekanan darah yang sangat tinggi itu berbahaya, jadi harus sesegera mungkin diturunkan ke tingkat normal.
Fakta: Tekanan darah yang sangat tinggi tidak boleh diturunkan terlalu banyak sekaligus; harus gradual.
Singkatnya
 dapat dikatakan bahwa orang yang sebelumnya sudah menderita tekanan 
darah tinggi, apalagi yang sudah lama; maka tubuhnya (termasuk pembuluh 
darahnya) akan menganggap tekanan darah tinggi tersebut sebagai kondisi 
yang “normal”. Penurunan tekanan darah dengan cepat akan menimbulkan 
gejala-gejala hipotensi mendadak bagi orang yang bersangkutan. Aliran 
darah ke seluruh jaringan bisa terganggu dan ini akan berakibat buruk 
bagi dirinya sendiri.
Adapun
 batasan penurunan tekanan darah dalam kasus semacam ini adalah 20% dari
 tekanan darah semula. Selanjutnya barulah tekanan darah diturunkan 
secara gradual.
- Mitos: Tekanan darah Bapak tidak perlu obat seumur hidup. Sekali diberi obat tensinya langsung turun. Nanti kalau tinggi lagi baru dikasih obat. Sampai sekarang juga tidak apa-apa.
Fakta:
 Tekanan darah yang berfluktuasi besar justru lebih berbahaya, karena 
lebih tinggi risiko/kecenderungannya dalam menimbulkan stroke.
Komplikasi akibat hipertensi dapat terjadi sewaktu-waktu, terutama pada pasien hipertensi yang tidak terkontrol.
  
 Kontrol
 terhadap terapi hipertensi telah diteliti oleh Rothwell et al (2010). 
Ternyata simpangan tekanan darah sistolik yang jauh meningkatkan risiko 
stroke. Semakin tinggi tekanan darah sistolik maksimum, semakin besar 
pula risiko seseorang terkena stroke. Dapat dikatakan bahwa tekanan 
darah yang fluktuasinya besar dan sering dibiarkan naik turun tanpa obat
 lebih mungkin berkomplikasi menjadi stroke.
Kontrol
 terhadap terapi hipertensi telah diteliti oleh Rothwell et al (2010). 
Ternyata simpangan tekanan darah sistolik yang jauh meningkatkan risiko 
stroke. Semakin tinggi tekanan darah sistolik maksimum, semakin besar 
pula risiko seseorang terkena stroke. Dapat dikatakan bahwa tekanan 
darah yang fluktuasinya besar dan sering dibiarkan naik turun tanpa obat
 lebih mungkin berkomplikasi menjadi stroke.
Oleh
 karena itulah dokter Anda mungkin pernah mengatakan, bahwa sekali orang
 menderita hipertensi harus minum obat seumur hidup. Hipertensi yang 
tidak diterapi memang terbukti meningkatkan risiko komplikasi. Woo et al
 (2004) menemukan pula bahwa pasien hipertensi tak terkontrol berisiko 
lebih tinggi 3.5 kali lipat daripada kontrol.
- Mitos: Menjadi vegetarian tidak baik untuk darah karena meningkatkan kecenderungan anemia.
Fakta: Tidak tepat kalau dikatakan kurang baik. Masih ada sumber besi nabati. Kemungkinan masalahnya terletak di vitamin B12.
Hal
 ini berkaitan dengan penyebab anemia itu sendiri. Anemia tidak hanya 
disebabkan oleh kekurangan zat besi, melainkan juga akibat kekurangan 
vitamin B12.
Untuk
 kebutuhan zat besi, umumnya tidak menjadi masalah karena ada sumber 
besi nabati (gandum utuh, kacang-kacangan, dan sayuran hijau). Memang 
daging memiliki bioavailabilitas besi terbaik bagi tubuh; artinya tubuh 
kita paling mudah mengabsorbsi besi yang bersumber dari daging; namun 
mengkonsumsi sumber besi nabati umumnya sudah cukup untuk mencegah 
anemia defisiensi besi.
Yang
 menjadi masalah adalah vitamin B12; karena vitamin ini hanya ditemukan 
pada produk-produk hewani. Karena itulah biasanya dokter menganjurkan 
vegetarian (terutama vegetarian total atau vegan) mengkonsumsi suplemen 
vitamin B12.
- Mitos: Kalau ada darah rendah, tablet besi boleh diminum rutin tiap hari biar tekanan darahnya naik.
Fakta: Konsumsi besi yang berlebihan bisa berbahaya. Lagipula besi bukan untuk menaikkan tekanan darah.
Pertama-tama
 konsep darah rendah dan kurang darah harus diperjelas dahulu (lihat 
poin 2). Darah rendah secara teoritis diobati dengan vitamin dan 
menambah sedikit garam dalam makanan; sedangkan kurang darah dengan zat 
besi. Jadi salah jika darah rendah diobati dengan tablet besi.
Jika
 memenuhi kriteria 4 sehat 5 sempurna, sebenarnya makanan sehari-hari 
sudah mencukupi kebutuhan zat besi harian. Beberapa kondisi memang 
memerlukan tambahan zat besi; seperti orang yang sudah didiagnosis 
anemia atau ibu hamil trimester awal. Akan tetapi ini semua memerlukan 
konsultasi dengan dokter.
Mengapa demikian? Ada dua alasan dari dua kondisi yang berbeda:
- Jika benar Anda menderita anemia, minum tablet besi tanpa petunjuk dokter dapat menyamarkan anemia Anda sewaktu menjalani pemeriksaan laboratorium. Jadi apa hal yang sebenarnya mendasari anemia Anda itu akan sulit dilacak.
- Jika ternyata Anda tidak menderita anemia, dapat timbul efek samping: mual, dada terasa sakit, dan konstipasi. Dalam jumlah sangat besar bahkan bisa timbul keracunan zat besi dan deposit besi berlebihan dalam tubuh yang tentu saja sangat berbahaya.
Kepustakaan:
Gunawan
 SG et al. editors. Farmakologi & Terapi edisi 5. Jakarta, 
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas 
Indonesia, 2007: 797-8.
National High Blood Pressure Education Program. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. U.S. Department of Health and Human Services: National Institutes of Health – National Heart, Lung, and Blood Institute, 2004.
Rothwell PM, Howard SC, Dolan E, et al. Prognostic significance of visit-to-visit variability, maximum systolic blood pressure, and episodic hypertension. Lancet 2010; 375: 805-905.
The College of Family Physicians of Canada. Anemia: When low blood iron is the cause. Health Notes from Your Family Doctor, 2003.
Woo D, Haverbusch M, Sekar P, et al. Effect of Untreated Hypertension on Hemorrhagic Stroke. Stroke 2004; 35: 1703-8.
disadur dari pharos.co.id/news-a-media/beritakesehatan 





 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar